Wardatul Yunita Tikasari
122074024
Buk, bagiku
dirimu teramat istimewa, paling menjagaku dan paling menyayangiku. Cinta
kasihmu tak pernah habis kau berikan untuk anak-anakmu. Meskipun aku sadar, tak
jarang aku menyakiti hatimu, membuatmu marah, membuatmu kecewa. Tapi engkau
tetap menyayangi kami setulus hatimu.
Buk, aku masih
ingat ketika aku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Kala itu aku
sudah saatnya menempuh ujian nasional. Pagi hari pertama ujian, aku berangkat
dengan kondisi yang sehat. Sesampai di tempat ujian, aku masih baik-baik saja.
Ketika memasuki ruang ujian dan mendapat soal, entah karena apa tiba-tiba
kepalaku terasa berdenyut dan berat sekali. Badanku juga mendadak terasa demam.
Mungkin karena aku terlalu memikirkan ujian itu ya Buk, makanya aku sampai
sakit seperti itu. Padahal hari pertama itu mata pelajaran yang diujikan
merupakan mata pelajaran yang aku suka Buk, Bahasa Indonesia.
Selesai ujian
aku langsung aku langsung pulang dan sesampai di rumah aku langsung merebahkan
diri di ruang tamu. Badanku tidak kuat aku buat berdiri lagi Buk. Dengan di
temani adik, aku beristirahat di rumah. Siang hari ketika Ibuk pulang kerja dan
mendapati kondisiku yang terkapar langsung membawaku ke dokter saat itu juga.
Buk, padahal kau baru saja pulang kerja dan pasti merasa lelah. Tapi kau
bersedia mengantarkanku ke dokter. Engkau ingin aku segera sembuh dan
mengerjakan soal ujian dengan kondisi yang sehat.
Sebenarnya
ada banyak pengorbanan yang kau lakukan untuk anak-anakmu Buk. Tak bisa aku
sebutkan satu per satu disini. Terlalu banyak Buk. Tapi percayalah Buk, aku
takkan melupakan jasa-jasa yang pernah kau berikan dan pengorbanan-pengorbanan
yang kau lakukan. Aku belum bisa membalas semuanya itu Buk. Sekalipun aku bisa
membalas, takkan pernah sebanding dengan yang pernah kau berikan untuk
anak-anakmu Buk.
Belum banyak
yang bisa aku berikan untukmu. Prestasi di bidang akademik pun belum pernah aku
raih. Tapi Buk, aku ingat senyummu ketika aku mengikuti suatu kegiatan dan
menghasilkan suatu penghargaan. Senyum yang begitu renyah menurutku. Mungkin
masih hal kecil itu Buk yang bisa aku berikan padamu. Suatu hari nanti aku
pasti akan membanggakanmu lebih lagi Buk. Aku bangga memiliki Ibuk seperti
engkau.
Buk, tulisan ini aku persembahkan untukmu
sebagai tanda betapa aku menyayangimu dan aku bangga memiliki Ibuk seperti
engkau.
0 komentar:
Posting Komentar