Selasa, 18 Maret 2014

Cinta Kasih Seorang Ibu


Wardatul Yunita Tikasari
122074024

Buk, bagiku dirimu teramat istimewa, paling menjagaku dan paling menyayangiku. Cinta kasihmu tak pernah habis kau berikan untuk anak-anakmu. Meskipun aku sadar, tak jarang aku menyakiti hatimu, membuatmu marah, membuatmu kecewa. Tapi engkau tetap menyayangi kami setulus hatimu.
Buk, aku masih ingat ketika aku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Kala itu aku sudah saatnya menempuh ujian nasional. Pagi hari pertama ujian, aku berangkat dengan kondisi yang sehat. Sesampai di tempat ujian, aku masih baik-baik saja. Ketika memasuki ruang ujian dan mendapat soal, entah karena apa tiba-tiba kepalaku terasa berdenyut dan berat sekali. Badanku juga mendadak terasa demam. Mungkin karena aku terlalu memikirkan ujian itu ya Buk, makanya aku sampai sakit seperti itu. Padahal hari pertama itu mata pelajaran yang diujikan merupakan mata pelajaran yang aku suka Buk, Bahasa Indonesia.
Selesai ujian aku langsung aku langsung pulang dan sesampai di rumah aku langsung merebahkan diri di ruang tamu. Badanku tidak kuat aku buat berdiri lagi Buk. Dengan di temani adik, aku beristirahat di rumah. Siang hari ketika Ibuk pulang kerja dan mendapati kondisiku yang terkapar langsung membawaku ke dokter saat itu juga. Buk, padahal kau baru saja pulang kerja dan pasti merasa lelah. Tapi kau bersedia mengantarkanku ke dokter. Engkau ingin aku segera sembuh dan mengerjakan soal ujian dengan kondisi yang sehat.
Sebenarnya ada banyak pengorbanan yang kau lakukan untuk anak-anakmu Buk. Tak bisa aku sebutkan satu per satu disini. Terlalu banyak Buk. Tapi percayalah Buk, aku takkan melupakan jasa-jasa yang pernah kau berikan dan pengorbanan-pengorbanan yang kau lakukan. Aku belum bisa membalas semuanya itu Buk. Sekalipun aku bisa membalas, takkan pernah sebanding dengan yang pernah kau berikan untuk anak-anakmu Buk.
Belum banyak yang bisa aku berikan untukmu. Prestasi di bidang akademik pun belum pernah aku raih. Tapi Buk, aku ingat senyummu ketika aku mengikuti suatu kegiatan dan menghasilkan suatu penghargaan. Senyum yang begitu renyah menurutku. Mungkin masih hal kecil itu Buk yang bisa aku berikan padamu. Suatu hari nanti aku pasti akan membanggakanmu lebih lagi Buk. Aku bangga memiliki Ibuk seperti engkau.
Buk, tulisan ini aku persembahkan untukmu sebagai tanda betapa aku menyayangimu dan aku bangga memiliki Ibuk seperti engkau.

0 komentar:

Posting Komentar