Keterampilan
Menulis (Teks Narasi)
Persembahan
untuk ibu
Nama : Imron
Kurniawan
Nim : 122074020/PA 2012
Maafkan Aku
Ibu
Saat itu usiaku masih 12 tahun, ketika ibuku
terus saja mengomel kepadaku karena aku tidak mau mengaji. Segala rayuan dan cacian silih berganti ku dengar. Ibuku
memang selalu begitu, jika rayuannya tak membuat aku luluh maka cacianlah yang
harus ke dengar. Ibuku akan senang jika melihat aku mengerjakan sesuatu sebelum
ia menyuruhku. Tetapi aku terlalu nakal saat itu, aku lebih sering membantah
daripada nurut dengan perintah ibuku. Meskipun begitu ibuku tidak pernah
menyimpan kecewa kepadaku.
Suatu hari aku melihat ibuku membuatkan aku
bubur kacang ijo kesukaanku. Tidak sedikitpun ibuku teringat dengan kenakalanku
yang selalu membantah ucapannya. Setiap kata yang diucapkannya selalu aku
bantah dengan nada yang lebih keras. Karena menurutku ibu terlalu banyak bicara
dan mengaturku tidak seperti teman-temanku yang lain.
Ketika aku menginjak remaja aku merasa ibuku
semakin cerewet saja. Salat dan Ngaji selalu
saja ia katakan setiap melihatku duduk di depan TV. Meskipun dengan mengomel,
aku turuti apa kata ibuku karena jika tidak kuturuti maka aku akan sulit
mendapat uang jajan. Ibuku memang pelit jika aku tidak mau salat dan ngaji.
Kebanggaan terbesar yang pernah kuberikan
kepada ibuku adalah ketika aku berhasil mengkhatamkan
al-quran diusiaku yang masih 15 tahun. Sedikit rasa bahagia yang mungkin bisa
mengobati rasa sakit karena kenakalanku yang tidak wajar. Jika aku ingat
rasanya aku malu dengan ibuku. Ibuku selalu tersenyum dengan sedikit kebaikan
yang kulakukan tanpa melihat besar dan seringnya aku menyakitinya. Hingga aku
sebesar ini bukan kebahagiaan yang ku beri untuk ibuku melainkan hanyalah
beban.
Satu hal terbesar yang selalu membuatku
tersenyum mengingat ibuku adalah ibuku
telah memberiku mata hati untuk bersyukur dan membaca firman-Nya. Jika dulu
ibuku tak menyuruhku salat dan mengaji
maka sekarang aku akan hidup dalam kebodohan dan kerugian.
Ketika dulu ibuku selalu cerewet kepadaku,
aku selalu membangkangnya dengan keras dan menganggap semua tidak penting,
tetapi kini ibuku jauh denganku, tidak ada lagi sebuah senyum yang kulihat
ketika aku salat dan mengaji.
Selalu ku ingat ketika ibuku mengatakan
kepadaku bahwa kelak nasibku jangan sampai seperti ibu dan bapakku, ketika ibu
dan bapak sudah meninggal nanti jangan lupa untuk selalu mendo’akan ibu dan
bapak. Kata yang sederhana tetapi bermakna yang terkadang membuatku merinding
ketika aku rindu ibuku. Tidak bisa ku balas kebaikan ibuku yang sekecil biji
semangka meskipun dengan kebaikanku yang sebesar dunia.
Maafkan aku ibu, aku sering menyakitimu
dengan kata-kata yang membuat hatimu terluka. Maafkan aku ibu, aku belum bisa
memberimu kebahagiaan.
0 komentar:
Posting Komentar