Jumat, 14 Maret 2014

JIKA AKU MENGATAKAN TIDAK




Hari itu aku terbangun dari sejuta mimpi yang sempat singgah dalam tidurku. Hari dimana  tepat 1 minggu aku membiarkan hidupku pada suasana yang tidak pernah aku alami sebelumnya. Hidup penuh keteraturan dengan segala hal yang harus diikuti, jika aku tidak ingin mendapat teguran dengan nada yang tidak pernah aku dapatkan sebelumnya. Tempat ini bukanlah tempat dimana aku dapat bangun kesiangan. Begitulah keseharian yang akan aku jalani untuk 3 tahun ke depan. Suatu hal yang tidak akan aku lupakan dalam hidupku.
Ketika aku duduk termenung di salah satu sudut ruang, yang ada pada bangunan penuh dengan aturan yang tidak pernah aku sukai ketika itu. Otakku memutar dengan  cepat, mencari bagaimana alasanya sehingga aku dapat hidup dengan segala aturan yang mengikatku begitu erat. Seakan – akan untuk menggeser kaki pun aku sudah tidak kuasa. Aku bagaikan hidup pada hitam di atas putih. Tapi ini yang ayah dan ibuku inginkan.
        Semua berawal ketika sepulang dari sekolah tiba – tiba seorang wanita setengah baya mendekatiku “nduk, ingin melanjutkan kemana setelah lulus dari mts ini?” tanya ibuku.
“ke SMK 2 bu” jawabku singkat. Lalu bergegas aku meninggalkanya. Karena aku tau apa maksud ibu mendekatiku dan bertanya padaku seperti itu. Apalagi kalau bukan menginginkan aku untuk  menyetujui keinginanya untuk melanjutkan ke­­­­­­­­ MAN kunir. Sebenarnya aku ingin menuruti apa yang ibuku inginkan,akan tetapi aku tidak mau kalau tidak ada teman dari sekolahku yang sekarang untuk melanjutkan ke sana.
        Keesokan harinya aku menceritakan semua yang terjadi kepada temanku. Dia pun hanya tertawa dan tiba – tiba mengatakan “bagaimana kalau kita melanjutkan bersama ke sekolah yang ibu kamu inginkan?” tanpa berpikir panjang aku pun langsung mengiyakan dan memeluknya. Sesampainya di rumah kakiku berjalan begitu cepat  menuju sebuah ruangan di mana ibuku selalu beristirahat di sana.
“Bu..,?” panggilku dengan memasang wajah yang tak dapat digambarkan dengan apaun.
“kamu kenapa ma? Jawabnya penasaran
“aku mau melanjutkan ke MAN Kunir Bu “ seraya memandang dengan lekat wajah yang mulai berkeriput tatapi tampak begitu menyejukan hatiku.
Ibu memandangku lekat – lekat, seakan dia tidak percaya atas ucapan yang keluar dari mulutku. Hari itu aku melihat bagaimana mata ibu terlihat begitu bening, semakin lama semakin bening karena mulai terpenuhi air yang sampai sekarang tidak pernah aku ketahui sumbernya. Dia pun membalikan badan seraya berkata “ cepatlah ganti pakaianmu dan segeralah makan “. Aku yang sedari tadi hanya berdiri di tengah pintu kamarnya, segera menuju kamar yang bersebalahan sekiar 2 meter dari tempat aku berdiri. Aku pun tak tahu apa yang merasuki pikiranku, mengapa aku tidak mendekati ibu dan memeluknya? Mengapa aku meninggalkanya disaat isak mulai menguasainya? Batinku mulai memberontak atas apa yang telah aku lakukan.
Di hari itulah aku merasa telah melakukan kewajibanku sebagai seorang anak. Aku dapat membuat ibuku menitikan air mata kebahagiaan, yang telah lama tidak pernah dapat aku lakukan. Karena aku tahu, aku tidak seperti kakak – kakakku yang dapat menjadi seperti yang ibu inginkan. Entah anak seperti apa aku ini yang hanya bisa membuat ibu merasa kecewa dengan  semua perilaku yang  telah aku lakukan. Dan mulai hari itulah, aku sadar betapa ibu akan sangat bahagia jika aku selalu menuruti kemauannya. Toh, semua yang dia lakukan adalah untuk melukis kebahagiaanku kelak.
Tiba – tiba terdengar suara bel berbunyi, tanda untuk melakukan aktivitas di dalam penjara suci.
Aku tersenyum atas apa yang aku lakukan hari itu. Dan aku pun akan membuktikan bahwa bukan hanya kakak saja yang akan membahagiakan ibu. Ada aku Bu, yang akan membahagiakan Ibu dengan segala usahaku. Dan di hari itu pula aku telah berjanji untuk menjadi lebih baik, menjadi anak seperti apa yang ibu inginkan.
Kembali imajinasiku melayang, jika aku mengatakan tidak atas apa yang ibu inginkan, aku pasti akan merasa sangat menyesal, karena telah melewatkan kebahagiaan yang ternyata akulah pelukisnya. Rasa rindu semakin menghantui pikiranku, ingin rasanya aku memeluk Ibu dan mengatakan jika aku sangat menyayangimu IBU.

Kupersembahkan tulisan ini
Untuk Ibuku tercinta

RIMAYATUL HIDAYAH
122074009/PA 2012

0 komentar:

Posting Komentar