Hari itu aku
terbangun dari sejuta mimpi yang sempat singgah dalam tidurku. Hari dimana tepat 1 minggu aku membiarkan hidupku pada
suasana yang tidak pernah aku alami sebelumnya. Hidup penuh keteraturan dengan segala
hal yang harus diikuti, jika aku tidak ingin mendapat teguran dengan nada yang
tidak pernah aku dapatkan sebelumnya. Tempat ini bukanlah tempat dimana aku dapat
bangun kesiangan. Begitulah keseharian yang akan aku jalani untuk 3 tahun ke
depan. Suatu hal yang tidak akan aku lupakan dalam hidupku.
Ketika aku duduk
termenung di salah satu sudut ruang, yang ada pada bangunan penuh dengan aturan
yang tidak pernah aku sukai ketika itu. Otakku memutar dengan cepat, mencari bagaimana alasanya sehingga
aku dapat hidup dengan segala aturan yang mengikatku begitu erat. Seakan – akan
untuk menggeser kaki pun aku sudah tidak kuasa. Aku bagaikan hidup pada hitam
di atas putih. Tapi ini yang ayah dan ibuku inginkan.
Semua berawal ketika sepulang dari sekolah tiba – tiba
seorang wanita setengah baya mendekatiku “nduk,
ingin melanjutkan kemana setelah lulus dari mts ini?” tanya ibuku.
“ke SMK 2 bu” jawabku singkat.
Lalu bergegas aku meninggalkanya. Karena aku tau apa maksud ibu mendekatiku dan
bertanya padaku seperti itu. Apalagi kalau bukan menginginkan aku untuk menyetujui keinginanya untuk melanjutkan ke
MAN kunir. Sebenarnya aku ingin menuruti apa yang ibuku inginkan,akan tetapi
aku tidak mau kalau tidak ada teman dari sekolahku yang sekarang untuk melanjutkan
ke sana.
Keesokan harinya aku menceritakan semua yang terjadi kepada
temanku. Dia pun hanya tertawa dan tiba – tiba mengatakan “bagaimana kalau kita
melanjutkan bersama ke sekolah yang ibu kamu inginkan?” tanpa berpikir panjang
aku pun langsung mengiyakan dan memeluknya. Sesampainya di rumah kakiku
berjalan begitu cepat menuju sebuah
ruangan di mana ibuku selalu beristirahat di sana.
“Bu..,?” panggilku dengan
memasang wajah yang tak dapat digambarkan dengan apaun.
“kamu kenapa ma? Jawabnya
penasaran
“aku mau melanjutkan ke MAN
Kunir Bu “ seraya memandang dengan lekat wajah yang mulai berkeriput tatapi
tampak begitu menyejukan hatiku.
Ibu memandangku lekat – lekat,
seakan dia tidak percaya atas ucapan yang keluar dari mulutku. Hari itu aku
melihat bagaimana mata ibu terlihat begitu bening, semakin lama semakin bening
karena mulai terpenuhi air yang sampai sekarang tidak pernah aku ketahui
sumbernya. Dia pun membalikan badan seraya berkata “ cepatlah ganti pakaianmu
dan segeralah makan “. Aku yang sedari tadi hanya berdiri di tengah pintu
kamarnya, segera menuju kamar yang bersebalahan sekiar 2 meter dari tempat aku
berdiri. Aku pun tak tahu apa yang merasuki pikiranku, mengapa aku tidak
mendekati ibu dan memeluknya? Mengapa aku meninggalkanya disaat isak mulai
menguasainya? Batinku mulai memberontak atas apa yang telah aku lakukan.
Di hari itulah aku merasa telah
melakukan kewajibanku sebagai seorang anak. Aku dapat membuat ibuku menitikan
air mata kebahagiaan, yang telah lama tidak pernah dapat aku lakukan. Karena
aku tahu, aku tidak seperti kakak – kakakku yang dapat menjadi seperti yang ibu
inginkan. Entah anak seperti apa aku ini yang hanya bisa membuat ibu merasa
kecewa dengan semua perilaku yang telah aku lakukan. Dan mulai hari itulah, aku
sadar betapa ibu akan sangat bahagia jika aku selalu menuruti kemauannya. Toh,
semua yang dia lakukan adalah untuk melukis kebahagiaanku kelak.
Tiba – tiba terdengar suara bel
berbunyi, tanda untuk melakukan aktivitas di dalam penjara suci.
Aku tersenyum atas apa yang aku
lakukan hari itu. Dan aku pun akan membuktikan bahwa bukan hanya kakak saja
yang akan membahagiakan ibu. Ada aku Bu, yang akan membahagiakan Ibu dengan
segala usahaku. Dan di hari itu pula aku telah berjanji untuk menjadi lebih
baik, menjadi anak seperti apa yang ibu inginkan.
Kembali imajinasiku melayang,
jika aku mengatakan tidak atas apa yang ibu inginkan, aku pasti akan merasa
sangat menyesal, karena telah melewatkan kebahagiaan yang ternyata akulah
pelukisnya. Rasa rindu semakin menghantui pikiranku, ingin rasanya aku memeluk
Ibu dan mengatakan jika aku sangat menyayangimu
IBU.
Kupersembahkan tulisan ini
Untuk Ibuku tercinta
RIMAYATUL HIDAYAH
122074009/PA 2012
0 komentar:
Posting Komentar