Rabu, 12 Maret 2014

“IBUKU SURGAKU”


Kala itu aku melihat sosok wanita berparaskan cantik, berkulit sawo matang, dan memiliki mata yang begitu indah. Nampak wanita tersebut sedang menyisir rambut anak kecilnya dengan penuh kasih sayang, aku sungguh kagum menyaksikan hal itu. Aku mendekat, dan terus mengamatinya, seolah aku lah yang menjadi anak kecil itu. Tanpa sadar, aku dikagetkan oleh hembusan angin yang tiba-tiba mengaburkan pandanganku, seketika yang kulihat tadi seolah menghilang, berubah menjadi awan putih bersih tanpa noda sedikitpun. Aku mencari-cari kemanakah sosok wanita dan anak kecil tadi, aku kebingungan dan berputar-putar ditengah jalan tanpa arah tujuan.
Tiba-tiba terdengar suara memanggilku “Silvia bangunlah Nak, hari sudah pagi” ibu dengan suara lembutnya menyapaku, oh ternyata semua yang aku rasakan dan seolah seperti nyata kehilangan sosok yang ada pada pandanganku yaitu wanita dan anak tadi hanyalah sebuah mimpi.
“Iya Ibu, aku segera bangun” sambil menggerakan tanganku ke kanan dan ke kiri, aku tersenyum namun tak terasa air mata menetes di pipiku memikirkan mimpiku yang seperti kenyataan itu. Oh aku sunguh tak mau kehilangan Ibu sosok perempuan yang begitu aku sayangi lebih dari apapun, bahkan jika itu hanya mimpi.
“Silvia, mandi dulu sayang” lalu kemarilah ibu sudah memasakkan nasi goreng kesukaanmu Nak”.  Suara ibu menyuruhku untuk segera mandi dan makan bersamanya. Aku pun bergegas merapikan tempat tidurku, dan pergi ke kamar mandi untuk segera membersihkan tubuhku yang sudah nampak bau asam manis ini.
            Setelah selesei mandi, aku pun menemui ibu yang sudah menungguku untuk makan bersamanya. Pagi ini aku belum sempat melihat Bapak yang biasanya sudah aku temui di kursi tamu sambil minum kopi dan membereskan pekerjaannya itu. Tak seperti kemarin yang bisa kudapati Bapak dengan segera, ah ini semua karena aku bangun kesiangan. Belum sempat bertanya, Ibu sudah menjelasakan kalau Bapak sudah pergi ke gudang untuk menyetorkan tembakau-tembakau yang sekarang ini harganya selangit itu. “Alhamdulilah Nak, usaha Bapak lancar, doain Bapak dan ibu agar selalu diberi kesehatan oleh Allah, rejeki yang halal dan barokah, karena ini semua nantinya juga untuk kebahagiaanmu Anakku sayang” ibu berbicara dengan penuh kelembutan.
Aku menetes mendengarkan perkataan ibu yang begitu tulus dan penuh kasih sayang yang besar untukku juga Bapak. Aku pun tersentuh, dan berlinanglah air mata di pipi  seolah tak bisa dibendung lagi mendengar perkataan Ibu tadi. Ibu, aku sungguh sangat menyayangimu, kau bagaikan nafas dalam hidupku, doa restumu adalah segalanya untukku, mungkin selama ini aku belum bisa menjadi orang yang membuatmu bangga memiliki anak sepertiku. Tapi Bu aku berjanji dan akan aku buktikan bahwa suatu hari nanti aku akan menjadi seseorang yang mebuatmu menangis bahagia memiliki anak sepertiku.
Ya allah, jaga dan lindungilah kedua orang tuaku, kasihanilah dan sayangilah mereka, sebagaimana mereka menyayangiku di waktu aku kecil.
Ibu, semua tutur katamu selau benar, itulah yang aku rasakan sepanjang aku masih menghirup udara dan benafas dengan bebas. Ibu, kaulah surgaku! Teringat jelas saat dulu kau mengantarkanku ke sekolah, menyuapi makan, menyisir rambut ini, bahkan mendengarkan keluh kesah anakmu yang manja ini.
“Nak, kenapa melamun, kok menangis sayang? Ada masalah” ibu menepuk pundakku karena melihatku terdiam mendengar tutur katanya tadi.
Aku pun tanpa sadar memeluknya segera, tanpa menjawab pertanyaannya. Aku hanya mengucapakan beberapa kata dengan terbata-bata kepadanya “Ibu, aku mencintaimu” sangat mencintaimu, aku sayang, sayang sekali sama ibu, dan aku juga sangat sayang sama Bapak” seolah reflek hanya itu yang bisa keluar dari mulutku.
Ibu pun membalas pelukan hangat untukku dan berkata “sayang, semua orang tua selalu ingin melihat anaknya bahagia, kebahagiaan anaknya adalah segalanya untuk mereka, Ibu dan Bapak juga sangat menyayangimu sayang! Belajar yang sungguh-sungguh, jaga dirimu baik-baik Nak, apapun yang membuatmu bahagia, kami mendukungmu, dan jangan pernah tinggalkan sholat. Ingatlah selalu kepadaNYA dan nasehat ibu ini ketika kamu ingin berbuat yang kurang baik, Ibu menyayangimu sayang.” Ibu mencium keningku dan mengusap air mataku.
Makan pagi kali ini tak bisa aku lupakan bahkan setiap detik waktu yang terlewati dengan cepatnya. Betapa bahagianya aku memiliki Ibu seperti beliau.
Ibu, aku berjanji akan membuatmu bahagia, ibu dan bapak adalah segalanya untukku. Terimakasih untuk semua kasih sayang tulus yang kalian berikan. Setap hari yang ku lalui sangatlah berwarna dan penuh cinta, itu semua karena Ibu dan Bapak yang selalu bisa membuatku tersenyum bahagia walau banyak masalah mendera, namun semua tak ada artinya. Senyum kalian adalah penyemangat dalam hidupku, memberikan kesejukan, mendamaikan dan menentramkan hati ini.
Ibu, aku sayang ibu. Sangat menyayangimu lebih dari apapun. Hadiah kecilku untukmu adalah tiap bait doa yang ku lantunkan setiap ku menengadah kepadaNYA. Aku mengucap syukur padaMU bahkan untuk setiap tarikan nafas yang aku lakukan. Terima kasih Tuhan, hidupku dipenuhi nikmat melimpah. Aku mencintaimu IBU, BAPAKKU! Beruntungnya aku memiliki keluarga bahagia dan begitu sempurna serta penuh cinta kasih untukku.
“Sayang sudah jangan melamun lagi, ibu sayang kamu Nak” ibu lagi-lagi mengagetkan lamunanku, dan aku hanya tersenyum juga tersipu malu. Segera aku menyelesaikan makanku dan mencuci piring kami berdua”.
Kemarin pun aku juga begitu bahagia, hari ini aku lebih bahagia, makan pagi yang lebih indah dan selalu menyenangkan. Semoga selamanya kebahagiaan menyertai kehidupan keluargaku. Tuhan engkau maha biak, satu pintaku “Berilah kebahagiaan dan keselamatan dunia akhirat untuk kami umatmu yang rindu akan jannahMU!.

Ku persembahkan untuk IBU yang terkasih 
SILVIA EGA YANUAR RATNA SARI
122074017

1 komentar:

Ratri Mia Fitriani mengatakan...

Tak komentari tp durung tak woco :D

Posting Komentar