Kala itu aku melihat sosok wanita
berparaskan cantik, berkulit sawo matang, dan memiliki mata yang begitu indah.
Nampak wanita tersebut sedang menyisir rambut anak kecilnya dengan penuh kasih
sayang, aku sungguh kagum menyaksikan hal itu. Aku mendekat, dan terus
mengamatinya, seolah aku lah yang menjadi anak kecil itu. Tanpa sadar, aku
dikagetkan oleh hembusan angin yang tiba-tiba mengaburkan pandanganku, seketika
yang kulihat tadi seolah menghilang, berubah menjadi awan putih bersih tanpa noda
sedikitpun. Aku mencari-cari kemanakah sosok wanita dan anak kecil tadi, aku
kebingungan dan berputar-putar ditengah jalan tanpa arah tujuan.
Tiba-tiba terdengar suara
memanggilku “Silvia bangunlah Nak, hari
sudah pagi” ibu dengan suara lembutnya menyapaku, oh ternyata semua yang
aku rasakan dan seolah seperti nyata kehilangan sosok yang ada pada pandanganku
yaitu wanita dan anak tadi hanyalah sebuah mimpi.
“Iya
Ibu, aku segera bangun”
sambil menggerakan tanganku ke kanan dan ke kiri, aku tersenyum namun tak
terasa air mata menetes di pipiku memikirkan mimpiku yang seperti kenyataan
itu. Oh aku sunguh tak mau kehilangan Ibu sosok perempuan yang begitu aku
sayangi lebih dari apapun, bahkan jika itu hanya mimpi.
“Silvia,
mandi dulu sayang” lalu kemarilah ibu sudah memasakkan nasi goreng kesukaanmu
Nak”. Suara ibu menyuruhku untuk segera mandi dan
makan bersamanya. Aku pun bergegas merapikan tempat tidurku, dan pergi ke kamar
mandi untuk segera membersihkan tubuhku yang sudah nampak bau asam manis ini.
Setelah
selesei mandi, aku pun menemui ibu yang sudah menungguku untuk makan bersamanya.
Pagi ini aku belum sempat melihat Bapak yang biasanya sudah aku temui di kursi
tamu sambil minum kopi dan membereskan pekerjaannya itu. Tak seperti kemarin
yang bisa kudapati Bapak dengan segera, ah ini semua karena aku bangun kesiangan.
Belum sempat bertanya, Ibu sudah menjelasakan kalau Bapak sudah pergi ke gudang
untuk menyetorkan tembakau-tembakau yang sekarang ini harganya selangit itu. “Alhamdulilah Nak, usaha Bapak lancar, doain
Bapak dan ibu agar selalu diberi kesehatan oleh Allah, rejeki yang halal dan
barokah, karena ini semua nantinya juga untuk kebahagiaanmu Anakku sayang”
ibu berbicara dengan penuh kelembutan.
Aku menetes mendengarkan
perkataan ibu yang begitu tulus dan penuh kasih sayang yang besar untukku juga
Bapak. Aku pun tersentuh, dan berlinanglah air mata di pipi seolah tak bisa dibendung lagi mendengar
perkataan Ibu tadi. Ibu, aku sungguh sangat menyayangimu, kau bagaikan nafas
dalam hidupku, doa restumu adalah segalanya untukku, mungkin selama ini aku
belum bisa menjadi orang yang membuatmu bangga memiliki anak sepertiku. Tapi Bu
aku berjanji dan akan aku buktikan bahwa suatu hari nanti aku akan menjadi
seseorang yang mebuatmu menangis bahagia memiliki anak sepertiku.
Ya allah, jaga dan lindungilah
kedua orang tuaku, kasihanilah dan sayangilah mereka, sebagaimana mereka
menyayangiku di waktu aku kecil.
Ibu, semua tutur katamu selau
benar, itulah yang aku rasakan sepanjang aku masih menghirup udara dan benafas
dengan bebas. Ibu, kaulah surgaku! Teringat jelas saat dulu kau mengantarkanku
ke sekolah, menyuapi makan, menyisir rambut ini, bahkan mendengarkan keluh
kesah anakmu yang manja ini.
“Nak,
kenapa melamun, kok menangis sayang? Ada masalah” ibu menepuk pundakku karena
melihatku terdiam mendengar tutur katanya tadi.
Aku pun tanpa sadar memeluknya segera,
tanpa menjawab pertanyaannya. Aku hanya mengucapakan beberapa kata dengan
terbata-bata kepadanya “Ibu, aku
mencintaimu” sangat mencintaimu, aku sayang, sayang sekali sama ibu, dan aku
juga sangat sayang sama Bapak” seolah reflek hanya itu yang bisa keluar
dari mulutku.
Ibu pun membalas pelukan hangat
untukku dan berkata “sayang, semua orang
tua selalu ingin melihat anaknya bahagia, kebahagiaan anaknya adalah segalanya
untuk mereka, Ibu dan Bapak juga sangat menyayangimu sayang! Belajar yang
sungguh-sungguh, jaga dirimu baik-baik Nak, apapun yang membuatmu bahagia, kami
mendukungmu, dan jangan pernah tinggalkan sholat. Ingatlah selalu kepadaNYA dan
nasehat ibu ini ketika kamu ingin berbuat yang kurang baik, Ibu menyayangimu
sayang.” Ibu mencium keningku dan mengusap air mataku.
Makan pagi kali ini tak bisa aku
lupakan bahkan setiap detik waktu yang terlewati dengan cepatnya. Betapa bahagianya
aku memiliki Ibu seperti beliau.
Ibu, aku berjanji akan membuatmu
bahagia, ibu dan bapak adalah segalanya untukku. Terimakasih untuk semua kasih
sayang tulus yang kalian berikan. Setap hari yang ku lalui sangatlah berwarna dan
penuh cinta, itu semua karena Ibu dan Bapak yang selalu bisa membuatku
tersenyum bahagia walau banyak masalah mendera, namun semua tak ada artinya.
Senyum kalian adalah penyemangat dalam hidupku, memberikan kesejukan, mendamaikan
dan menentramkan hati ini.
Ibu, aku sayang ibu. Sangat menyayangimu
lebih dari apapun. Hadiah kecilku untukmu adalah tiap bait doa yang ku
lantunkan setiap ku menengadah kepadaNYA. Aku mengucap syukur padaMU bahkan
untuk setiap tarikan nafas yang aku lakukan. Terima kasih Tuhan, hidupku
dipenuhi nikmat melimpah. Aku mencintaimu IBU, BAPAKKU! Beruntungnya aku memiliki
keluarga bahagia dan begitu sempurna serta penuh cinta kasih untukku.
“Sayang sudah jangan melamun
lagi, ibu sayang kamu Nak” ibu lagi-lagi mengagetkan lamunanku, dan aku hanya
tersenyum juga tersipu malu. Segera aku menyelesaikan makanku dan mencuci
piring kami berdua”.
Kemarin pun aku juga begitu
bahagia, hari ini aku lebih bahagia, makan pagi yang lebih indah dan selalu
menyenangkan. Semoga selamanya kebahagiaan menyertai kehidupan keluargaku. Tuhan
engkau maha biak, satu pintaku “Berilah kebahagiaan dan keselamatan dunia
akhirat untuk kami umatmu yang rindu akan jannahMU!.
Ku persembahkan untuk IBU yang
terkasih
SILVIA
EGA YANUAR RATNA SARI
122074017
1 komentar:
Tak komentari tp durung tak woco :D
Posting Komentar