Sabtu, 15 Maret 2014

"M"

"M"
Mentari kuning menerobos masuk ke jendela kelasku seenaknya saja tanpa izinku. Menyilaukan suasana kelas yang tampak semakin sepi, tak seperti biasanya. Mungkin karena tugas menulis yang diberikan dosen, sehingga mereka semua sibuk dengan dunia hayalnya masing-masing. Sedangkan aku semakin bingung dengan tugas menulis yang jarang sekali ku lakukan apabila tidak ada tugas dari guru atau dosen. Tak seperti teman-temanku yang kulihat sangat begitu lihai dalam menulis. Tulisan-tulisan mereka nampak indah dibalut dengan kata-kata puitis yang mereka lontarkan dalam tulisannya. Ah, sungguh hebat mereka bergaul dengan kata-kata molek itu. Tak seperti tulisanku yang kuper sekali dengan kata-kata puitis nan molek itu. Ingin rasanya aku seperti mereka.
Kali ini, tema yang ku pilih adalah teks narasi tentang ‘IBU’. Awalnya aku merasa tak percaya diri. Aku merasa malu dengan tulisanku. Tulisanku jelek. Tulisanku tidak seindah tulisan teman-temanku.
Berjuta pertanyaan muncul di benakku. Apakah aku bisa menulis atau tidak. Apakah nanti tulisanku bagus atau tidak. Apakah tulisanku bisa seindah milik teman-teman atau tidak. Tetapi akhirnya ku coba untuk menulis, menulis, dan menulis apa yang ada di pikiranku. Mencoba bergaul dengan dunia hayalku. Semangat!
Pertama kali yang muncul dibenakku ketika mendengar kata ‘IBU’ adalah ‘M’. Mengapa huruf ‘M’? karena huruf ‘M’ adalah huruf pertama dari nama ibuku. Oleh karena itu aku tertarik dengan huruf ‘M’ dan akan ku jadikan judul dalam tulisanku ini.
Sebenarnya ‘M’, selain menjadi huruf pertama dari nama ibuku, ‘M’ juga menjadi huruf pertama dari nama bapakku. Mereka berdua memang sangat cocok dan unik dan ditakdirkan Tuhan berjodoh untuk selamanya. Amin.
 Ibuku bernama ‘Machiyah’ dan bapakku bernama ‘Machfud’. Jadi, mereka juga mempunyai empat huruf depan yang sama di dalam nama mereka, yaitu ‘Mach’. Menurutku mereka adalah pasangan yang paling top dan serasi. Hehe,,,
Karena terlalu banyak basa-basi, aku lupa kalau aku harus menulis dengan tema ‘IBU’. Waktu mengerjakan sudah tinggal sedikit lagi. Aku harus segera selesai. Semangat! Mulai!
Ibu. . .  Ibu . .  Ibu. . . Ibu dan ibu. Merinding aku mendengar kata itu. Tak tahu harus berkata apa. Tak pantas rasanya. Aku malu. Malu pada diriku sendiri. Malu pada ibuku. . . . . L
Bu dosen menyuruh untuk menulis tentang apa yang telah ku lakukan untuk tema yang ku pilih. Tema yang kupilih itu tentang ibu. Jadi aku harus menulis tentang apa yang telah ku lakukan untuk ibu.
Ibu . . . Ibu. . . Ibu . .  Ibu dan ibu..  Lagi-lagi ibu . . . sreeettt. . . ku putar-putar kembali memoriku. Ku cari-cari kembali memoriku. Tak ada. Ku coba mencari lagi barangkali terselempit di sela-sela otakku. Tetap tak ada. Dimana? Dimana kusimpan memori tentang apa yang telah ku lakukan untuk ibu?
Ah. Aku baru ingat.  Lama sekali aku tak membuat ibu bangga. Ku ingat terakhir kali, ibu bahagia dan bangga ketika putri kecilnya mendapatkan penghargaan kecil menjadi juara kelas ketika aku masih kelas 5 SD. Setelah itu, tak pernah lagi rasanya. Mungkin memori itu sudah berkarat dan ditelan bumi karena saking lamanya. Ah,, begitu tragis nasib ibuku mempunyai anak tak berguna sepertiku.
Ingin ku berteriak ketika bu dosen menyuruhku menulis tentang apa yang telah ku lakukan untuk ibu.
“Bu Doseennn,,, saya belum melakukan apa-apa untuk ibu sayaa!!!! Jadi apa yang harus saya tulis dalam tulisan iniiiii!!”
Tapi, setelah ku pikir-pikir, itu sangat tidak sopan. Pasti semua orang di kelas itu berpikir bahwa aku gila. Oleh karena itu, aku mengurungkan niat gilaku itu.
Aku tahu, ibu tak mengharapkan balas jasa atas semua pengorbanan yang  telah ibu lakukan untukkku dan memang sampai saat ini aku belum melakukan apa-apa untuk ibu. Oleh karena itu, mulai saat ini, kutancapkan niat dalam hati. Aku akan berusaha sebisa dan semaksimal mungkin untuk membanggakan kedua orang tuaku, khususnya untukmu ibu.
Ibu... putri kecilmu ini sangat menyayangimu. Tulus dari lubuk hati yang terdalam. Aku tahu ibu juga pasti sangat menyangiku, walaupun aku selalu saja nakal, membantah nasihat-nasihat ibu, menolak apabila ibu suruh, tak menuruti perintahmu, dan tindakan-tindakan kriminal lainnya yang tak bisa ku sebut satu-satu disini.
Sekali lagi, ku sampaikan. Ibuu... aku sangat menyayangimu. Aku sangat mencintaimu. Selalu. Selamanya. Sampai akhir waktuku.
Selasa, 11 Maret 2014
11:45 WIB




PUTRI WAHYUNI

122074005/PA 2012

0 komentar:

Posting Komentar