"M"
Mentari
kuning menerobos masuk ke jendela kelasku seenaknya saja tanpa izinku. Menyilaukan
suasana kelas yang tampak semakin sepi, tak seperti biasanya. Mungkin karena
tugas menulis yang diberikan dosen, sehingga mereka semua sibuk dengan dunia
hayalnya masing-masing. Sedangkan aku semakin bingung dengan tugas menulis yang
jarang sekali ku lakukan apabila tidak ada tugas dari guru atau dosen. Tak
seperti teman-temanku yang kulihat sangat begitu lihai dalam menulis.
Tulisan-tulisan mereka nampak indah dibalut dengan kata-kata puitis yang mereka
lontarkan dalam tulisannya. Ah, sungguh hebat mereka bergaul dengan kata-kata
molek itu. Tak seperti tulisanku yang kuper sekali dengan kata-kata puitis nan
molek itu. Ingin rasanya aku seperti mereka.
Kali
ini, tema yang ku pilih adalah teks narasi tentang ‘IBU’. Awalnya aku merasa tak
percaya diri. Aku merasa malu dengan tulisanku. Tulisanku jelek. Tulisanku
tidak seindah tulisan teman-temanku.
Berjuta
pertanyaan muncul di benakku. Apakah aku bisa menulis atau tidak. Apakah nanti
tulisanku bagus atau tidak. Apakah tulisanku bisa seindah milik teman-teman
atau tidak. Tetapi akhirnya ku coba untuk menulis, menulis, dan menulis apa
yang ada di pikiranku. Mencoba bergaul dengan dunia hayalku. Semangat!
Pertama
kali yang muncul dibenakku ketika mendengar kata ‘IBU’ adalah ‘M’. Mengapa
huruf ‘M’? karena huruf ‘M’ adalah huruf pertama dari nama ibuku. Oleh karena
itu aku tertarik dengan huruf ‘M’ dan akan ku jadikan judul dalam tulisanku
ini.
Sebenarnya
‘M’, selain menjadi huruf pertama dari nama ibuku, ‘M’ juga menjadi huruf
pertama dari nama bapakku. Mereka berdua memang sangat cocok dan unik dan
ditakdirkan Tuhan berjodoh untuk selamanya. Amin.
Ibuku bernama ‘Machiyah’ dan bapakku bernama
‘Machfud’. Jadi, mereka juga mempunyai empat huruf depan yang sama di dalam
nama mereka, yaitu ‘Mach’. Menurutku mereka adalah pasangan yang paling top dan
serasi. Hehe,,,
Karena
terlalu banyak basa-basi, aku lupa kalau aku harus menulis dengan tema ‘IBU’.
Waktu mengerjakan sudah tinggal sedikit lagi. Aku harus segera selesai. Semangat!
Mulai!
Ibu.
. . Ibu . . Ibu. . . Ibu dan ibu. Merinding aku mendengar
kata itu. Tak tahu harus berkata apa. Tak pantas rasanya. Aku malu. Malu pada diriku
sendiri. Malu pada ibuku. . . . . L
Bu
dosen menyuruh untuk menulis tentang apa yang telah ku lakukan untuk tema yang
ku pilih. Tema yang kupilih itu tentang ibu. Jadi aku harus menulis tentang apa
yang telah ku lakukan untuk ibu.
Ibu
. . . Ibu. . . Ibu . . Ibu dan
ibu.. Lagi-lagi ibu . . . sreeettt. . .
ku putar-putar kembali memoriku. Ku cari-cari kembali memoriku. Tak ada. Ku
coba mencari lagi barangkali terselempit di sela-sela otakku. Tetap tak ada.
Dimana? Dimana kusimpan memori tentang apa yang telah ku lakukan untuk ibu?
Ah.
Aku baru ingat. Lama sekali aku tak
membuat ibu bangga. Ku ingat terakhir kali, ibu bahagia dan bangga ketika putri
kecilnya mendapatkan penghargaan kecil menjadi juara kelas ketika aku masih
kelas 5 SD. Setelah itu, tak pernah lagi rasanya. Mungkin memori itu sudah
berkarat dan ditelan bumi karena saking lamanya. Ah,, begitu tragis nasib ibuku
mempunyai anak tak berguna sepertiku.
Ingin
ku berteriak ketika bu dosen menyuruhku menulis tentang apa yang telah ku
lakukan untuk ibu.
“Bu
Doseennn,,, saya belum melakukan apa-apa untuk ibu sayaa!!!! Jadi apa yang
harus saya tulis dalam tulisan iniiiii!!”
Tapi,
setelah ku pikir-pikir, itu sangat tidak sopan. Pasti semua orang di kelas itu
berpikir bahwa aku gila. Oleh karena itu, aku mengurungkan niat gilaku itu.
Aku
tahu, ibu tak mengharapkan balas jasa atas semua pengorbanan yang telah ibu lakukan untukkku dan memang sampai
saat ini aku belum melakukan apa-apa untuk ibu. Oleh karena itu, mulai saat
ini, kutancapkan niat dalam hati. Aku akan berusaha sebisa dan semaksimal
mungkin untuk membanggakan kedua orang tuaku, khususnya untukmu ibu.
Ibu...
putri kecilmu ini sangat menyayangimu. Tulus dari lubuk hati yang terdalam. Aku
tahu ibu juga pasti sangat menyangiku, walaupun aku selalu saja nakal,
membantah nasihat-nasihat ibu, menolak apabila ibu suruh, tak menuruti
perintahmu, dan tindakan-tindakan kriminal lainnya yang tak bisa ku sebut
satu-satu disini.
Sekali
lagi, ku sampaikan. Ibuu... aku sangat menyayangimu. Aku sangat mencintaimu.
Selalu. Selamanya. Sampai akhir waktuku.
Selasa,
11 Maret 2014
11:45 WIB
PUTRI
WAHYUNI
122074005/PA
2012
0 komentar:
Posting Komentar