Sabtu, 22 Maret 2014

EKSPOSITORIS

“Lelaki itu”

Lelaki itu berada di tengah ruangan persegi berhawa sejuk , duduk rapi dan tenang di atas kursi kayu besi berlipat yang berwarna cokelat, kursi kayu besi berlipat yang berwarna cokelat yang didudukinya tepat berada di sebelah kanan setelah memasuki  pintu ruangan itu. Ia sama sekali tidak pernah absen untuk menduduki kursi kayu besi berlipat yang berwarna cokelat itu sembari dengan kebiasaanya termangu pada ruangan persegi berhawa dingin  hanya untuk memaksa dirinya  siap menerima materi perkuliahan sehari-hari.
Dialah lelaki yang  mempunyai badan yang agak tinggi daripada sebayanya dengan postur tubuh yang kurus namun berisitegap  dan tegas seperti para profesi militer. Mempunyai tampang yang tidak begitu menawan namun memiliki alis yang begitu tajam, dengan senyumnya yang misterius, karena senyumnya tak melulu diumbarnya pada setiap orang yang melihat. Sesekali Ia selalu mengenakan kemeja yang rapi berbatik ungu ataupun kemeja polos berwarna gelap dan putih dan bercelana jeans berwarana biru dan  hitam yang sangat ciut dan pas di kakinya, kemeja yang disukainya sering dikenakannya saat menuntut ilmu di dalam ruangan persegi berhawa dingin itu, sebut saja ruangan kelas. Ruangan kelas itu adalah salah satu area yang tercakup dalam Kampus Fakultas Bahasa dan Seni—Perguruan  Tinggi Negeri. Kampus yang menjadikan Ia mengemban tugas sebagai mahasiswa.
Di dalam ruangan kelas itulah Ia terlihat serius mengerjakan apa yang harus Ia kerjakan, dengan gestur tubuh yang terlihat selalu berdehem dengan pikiran yang Ia ciptakan di otaknya. Memang terlihat dari cara Ia berbicara dan berkomunikasi saat berdikusi, Ia terkesan pelit bertutur dan pemaknaan bahasa yang dipakainya sulit dimengerti, dapat dimengerti pun ketika sepatah kata yang Ia tuturkan menimbulkan efek kelucuan dan ketertawaan jika orang di sampingnya memahami makna tuturannya.  Itulah kebiasaan yang dengan mudah ditangkap oleh setiap orang yang memandangnya.
Dialah mahasiswa yang tak lepas dari gaya perawakan dan perilaku yang berbeda dengan yang lain. Gaya yang menjadi ciri khasnSya yang sangat melekat pada ingatan setiap orang ketika melihatnya, memang Dia terlihat rapi, tenang, taat pada materi perkuliahan, sok serius dalam ruangan kelas, namun tak mengubah kebiasaanya yang mencuat begitu konyol tiba-tiba. Dan di dalam ruangan kelas itu tampak dirinya begitu semangat pun terlihat lesu karena terbiasa serius dengan perkuliahan dan tidak banyak orang di sampingnya yang diajak bicara. Ia memang tak terlihat mewah terhadap segalanya yang menempel pada dirinya, tetapi Ia dapat terlihat sederhana sehingga setiap orang ketika melihatnya dapat menangkap sisi kebaikan lelaki itu.

Oleh:
Indira, Indah, Sony, dan, Roikhatul.





Artistik

“Lelaki itu”

Tepat di dalam ruangan persegi berhawa dingin, sebut saja ruangan kelas, duduklah lelaki paruh baya berbadan agak tinggi, tegap dan tegas dengan raut wajah yang misterius lengkap dengan raut wajah ketidakpeduliannya terhadap sekitarnya. Ketika aku dan teman-teman menyapanya, Dia hanya memasang wajah datar dan tak ada senyum yang mengembang di bibirnya. Buaian, rayuan, bahkan ejekan ketika kami kesal dengannya kami lontarkan namun tak akan memancing bibir kakunya untuk sekedar menarik ke kanan dan ke kiri beberapa ukuran derajat.
Tubuh tinggi nan tegap yang dia miliki itu bagi kami tak cocok dengan gaya sifat dan perilaku  yang Dia miliki. Dia yang menurut kami seorang yang gagah berani bagai gatot kaca yang mungkin bisa menjadi maskot di kelas kami ternyata seorang yang pendiam, tak banyak bicara dan super cuek. Namun jangan ditanya ketika Dia sedang berdiskusi khusus untuk mencurahkan hati yang sekadar bercakap dengan teman yang berusaha duduk dekat di sampingnya ataupun teman yang baru Dia kenal, Dia akan membuat orang di sampingnya terbahak-bahak dan tidak berhenti untuk tertawa. Karena ucapan yang Ia lontarkan begitu sedikit, seadanya, seperlunya, dan melawak yang cekak sehingga orang akan merasa terkejut dan tidak mengira.
Memiliki perawakan tegas dan perilaku misterius namun terkadang bertingkah konyol, aneh dan, menyebalkan ketika didekati. Dialah mahasiswa. Tak jarang aktivitas yang sering dia lakukan yakni sebagai mahasiswa yang lamcingDosen Salam langsung plencing, maksudnya adalah ketika perkuliahan selesai maka dia langsung pulang, tak ada waktu untuk sekadar nongkrong atau makan di kantin dengan teman-teman sebayanya, ah.. memang mungkin Dia mempunyai kehidupan sendiri yang Ia alami dan Ia nikmati sendiri dengan santainya.


Oleh:
Indira, Indah, Sony, dan, Roikhatul.

 



0 komentar:

Posting Komentar