Minggu, 16 Maret 2014

Semua untuk Mama


Ada yang berkata, “Apa yang sudah kau lakukan untuk Ibumu?” Aku hanya diam, karena belum pernah aku melakukan apa-apa  untuk beliau. Tapi aku masih tetap mencari, apa yang sudah kulakukan. Hingga tiba di suatu sudut memoriku, aku pernah melakukan sesuatu untuk beliau, dan aku tidak pernah melupakan itu.

5 Tahun lalu ..

Dulu, sewaktu aku masuk Sekolah Menengah Atas, aku perlahan memulai hidup baru, hidup yang sungguh-sungguh baru setelah aku menjalani hidupku di Islamic Boarding School selama 3 tahun lepas dari orangtua, termasuk mama. 
Diawal baruku itu, aku masuk pada sekolah favorit di kotaku, SMA Negeri 4 Sidoarjo. Aku yang mencintai dunia tulis menulis, mulai mengikuti kegiatan sekolah yang berhubungan dengan kegemaranku, salah satunya Jurnalistik Majalah Sekolah. Untuk memasukinya, banyak tes yang harus dijalani, salah satunya melaporkan jalannya wisuda kakak kelas dalam bentuk tulisan. Dan untuk yang meliput, harus menggunakan kemeja putih dan rok batik, sedangkan aku tidak mempunyai semua itu.

“Mama, aku disuruh pakai kemeja putih dan rok batik untuk meliput wisuda” Kataku dengan menggerutu dan cemberut.

Mama diam saja,

Setiap hari aku meminta dibelikan itu semua dengan sedikit nada marah. Hingga pada suatu malam, aku benar-benar meminta dengan paksa, dan akhirnya pergi ke toko baju untuk membeli kemeja putih juga rok batik. Entah apa yang kupikirkan dulu. Apa yang kuinginkan harus terwujudkan tanpa melihat kondisi.
**
Pagi itu, aku berangkat pagi sekali menuju Sun Hotel Convention Hall disitu aku mulai meliput dan mengabadikan rangkaian acara pada kameraku. Kebetulan tetanggaku yang juga teman masa kecilku sedang diwisuda saat itu. Namun ada suatu hal yang membuat darahku berhenti mengalir, ketika teman kecilku tadi disebut namanya pada sesi pembacaan nama sepuluh wisudawan terbaik. Namanya disebut, lalu dia maju ke panggung untuk pemberian penghargaan. 

Tanpa terasa air mataku menetes, lalu berucap dalam hatiku
“Mama, saat aku diwisuda, aku janji, engkau akan melihatku maju kesana dan berjabat tangan dengan kepala sekolah dihadapan semua temanku dan wali murid” Itu janjiku pada diriku sendiri, untuk mama.

Janji itu membawa perubahan besar padaku, sangat besar. Aku mulai berusaha sekuat tenaga dalam 3 tahunku. Dan aku Sangat percaya pada kekuatan mimpi.
**
Tepat dihari wisudaku, dengan balutan kebaya berwarna sama dengan mamaku, disitu aku terdiam, karena malam sebelum wisuda aku marah pada mama persoalan sepatu, hanya karena keinginanku yang harus terwujud tanpa melihat situasi. 
Hingga prosesi pembacaan nama sepuluh wisudawan terbaik. Aku masih terdiam. Awalnya aku sudah mendapat berita burung, bahwa aku masuk pada sepuluh besar wisudawan terbaik, namun aku masih belum percaya, atau mungkin hanya gosip dari teman-teman.
Akhirnya sembilan wisudawan sudah terpanggil, tapi namaku masih belum terpanggil. Aku semakin tertunduk dan berpasrah, tiba-tiba teman sebelahku menggoyang-goyang badanku,

“Hida Rizkiyatul Ula, dari kelas XII IPS 3” 

Terdengar namaku disebutkan. Teman sekelasku bersorak, tapi aku hanya diam, dan menyunggingkan sedikit senyum, dan melihat mamaku diujung kiri para wali murid. 

Rasanya seperti aliran darahku berhenti, melihat senyum mama.

Hatiku berbicara, “Mama, aku bisa, ini semua untukmu, untuk senyummu padaku”
Akupun berdiri dan berjalan maju sembari tersenyum, dan tanpa terasa air mataku menetes.

“Terimakasih tuhan.. Mereka semua menumpahkan kebahagian disini, namun aku yang lebih berbahagia disini”

Hida Rizkiyatul Ula -122074016-
**


Untuk mamaku yang sedang membaca tulisaku ini
Terimakasih telah mengajariku tentang  kekuatan Mimpi
Dari anakmu yang belum bisa memberi apapun

-teteh-

0 komentar:

Posting Komentar