Senin, 24 Maret 2014

SEDERHANAMU TELADANKU


Binar Bintang Putra Ananta
122074209


Maha besar Allah SWT atas segala kekuasaanya, yang telah memberikanku ketegaran. Terima kasih Ayah, Ibu dan adik-adikku yang menjadi inspirasiku, doaku selalu tercurah pada Ayah, Ibu dan adik-adik.

Sosok sederhana, penuh keteladhanan dan penyayang terlihat dari wajah ayah yang senantiasa menjadi panutan kami. Dua puluh satu tahun aku  berada dalam didikan kasih sayangnya, hingga aku menjadi seperti sekarang ini. Memang aku bukanlah anak yang sempurna, namun beliau adalah yang yang sempurna bagi ku.

Ayah, entah bagaimana aku harus mengungkapan apa yang ku banggakan atas diri ayah. Entah bagaimana aku mengawalinya.

Suatu ketika saat kuingat, aku membutuhkan buku untuk sekolah namun ayah tak dapat memenuhinya, saat aku ingin memiliki mainan yang kusuka, namun ayah berjanji besok, besok dan besok, disaat aku ingin memiliki apa-apa yang belum sempat ayah berikan, aku selalu memberontak, aku tidak menerima, aku selalu protes, mengapa ayah tak dapat memenuhinya. Aku marah, aku kecewa, aku merasa tidak beruntung didunia ini.

Namun, semakin ayah tak mampu memberikan apa yang ku inginkan, disanalah semakin aku mengenal, semakin aku mengerti bahwa aku adalah anak yang beruntung memiliki keluarga dalam didikan ayahku.
Sebuah kisah yang membuatku tersadar, bahwa hidup ini adalah perjuangan, yakni disaat ayah berusianya tua dan sering sakit tetap berjuang mencarikan nafkah untuk keluarga. Disaat ayah berhenti sebagai pegawai swasta, ayah rela menjadi pengumpul kardus bekas hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan meneruskan pendidikan ku dan adik-adik.

Kehidupan kita memang berubah, dari berkecukupan menjadi cukup cukupan. Namun semua bisa dihadapi karena didikan ayah yang kubanggakan.

Demikian pula ibu yang tak kalah berharga bagi kehidupanku, engkau sosok yang menguatkanku ketika aku lemah dalam menyikapi kenyataan, beliau menjadi sosok yang sempurna bagiku.

Masih kuingat saat aku berniat berhenti kuliah karena ingin membantu ibu dan ayah memenuhi kebutuhan dan membantu membiayai sekolah adik-adik, namun ibu dan ayah melarangku. Sambil tersenyum ibu berkata “Kuliahlah, masa depan adik-adikmu ada ditanganmu, kami sudah tua, hanya kamu harapan kami”. Sungguh pengorbanan yang tiada dapat ku balas, kasih sayang seorang ibu yang menegarkanku.

Ayah dan ibu telah mengajarkan kepadaku, bahwa hidup itu secukupnya saja, seadanya, semampunya. Ngerumangsani itulah istilah yang menggambarkan kebesaran jiwa yang diajarkan kepadaku. Ayah, Ibu tak pernah mengajarkan ku untuk berlebih-lebihan. Beliau tidak memberiku bukan karena tidak mau, tapi memang tidak mampu, tidak mampu bukan berarti tak  berkeinginan memberi tapi mengajarkan akan kesederhanaan.

Kini, aku tak akan pernah mempersalahkan jika aku tak mampu membeli buku seperti temanku yang lain, aku tak mempersoalkan jika aku tak memiliki barang-barang sebagaimana temanku, aku tak akan pernah, aku berjanji.
Maafkan aku ayah, maafkan aku ibu, aku yang sering melawanmu, aku yang sering acuh, aku yang sering mengeluh, aku yang belum bisa membahagiakan kalian.

Terima kasih atas semua pengorbanannya, semoga Allah SWT senantiasa memberikan yang terbaik bagi mu ayah, ibu. Semoga ayah dan ibu panjang umur, sehat selalu, dan dimudahkan rejekinya.


Ayah dan ibu membuatku mengerti akan hidup ini, mengerti akan pilihan, mengerti akan kesederhanaan. Bahwa kebahagiaan bukan hanya sekedar kekayaan lahiria. Aku bersyukur dapat berada ditengah-tengah kalian, aku bahagia menjadi bagian hidup dan kesederhanaan kalian.

1 komentar:

BINAR MEDIA mengatakan...

Tulisan ini saya persembahkan di hari ulang tahun ayah ke 51 tahun,
23 Maret 2014

Inilah tanggapan ayah
"Terima Kasih anak-anakku, secuil doa buat ayah dari anak-anak ayah adalah kebahagiaan melimpah yang tak ternilai harganya. Doa ayah juga selalu buat anak-anak ayah. Hati-hati disana"

Posting Komentar