Binar Bintang Putra Ananta
122074209
Maha besar Allah SWT atas segala kekuasaanya, yang telah memberikanku ketegaran. Terima kasih Ayah, Ibu dan adik-adikku yang menjadi inspirasiku, doaku selalu tercurah pada Ayah, Ibu dan adik-adik.
Sosok
sederhana, penuh keteladhanan dan penyayang terlihat dari wajah ayah yang
senantiasa menjadi panutan kami. Dua puluh satu tahun aku berada dalam didikan kasih sayangnya, hingga
aku menjadi seperti sekarang ini. Memang aku bukanlah anak yang sempurna, namun
beliau adalah yang yang sempurna bagi ku.
Ayah,
entah bagaimana aku harus mengungkapan apa yang ku banggakan atas diri ayah.
Entah bagaimana aku mengawalinya.
Suatu
ketika saat kuingat, aku membutuhkan buku untuk sekolah namun ayah tak dapat
memenuhinya, saat aku ingin memiliki mainan yang kusuka, namun ayah berjanji
besok, besok dan besok, disaat aku ingin memiliki apa-apa yang belum sempat
ayah berikan, aku selalu memberontak, aku tidak menerima, aku selalu protes,
mengapa ayah tak dapat memenuhinya. Aku marah, aku kecewa, aku merasa tidak
beruntung didunia ini.
Namun,
semakin ayah tak mampu memberikan apa yang ku inginkan, disanalah semakin aku
mengenal, semakin aku mengerti bahwa aku adalah anak yang beruntung memiliki
keluarga dalam didikan ayahku.
Sebuah
kisah yang membuatku tersadar, bahwa hidup ini adalah perjuangan, yakni disaat
ayah berusianya tua dan sering sakit tetap berjuang mencarikan nafkah untuk
keluarga. Disaat ayah berhenti sebagai pegawai swasta, ayah rela menjadi
pengumpul kardus bekas hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan meneruskan
pendidikan ku dan adik-adik.
Kehidupan
kita memang berubah, dari berkecukupan menjadi cukup cukupan. Namun semua bisa
dihadapi karena didikan ayah yang kubanggakan.
Demikian
pula ibu yang tak kalah berharga bagi kehidupanku, engkau sosok yang
menguatkanku ketika aku lemah dalam menyikapi kenyataan, beliau menjadi sosok
yang sempurna bagiku.
Masih
kuingat saat aku berniat berhenti kuliah karena ingin membantu ibu dan ayah
memenuhi kebutuhan dan membantu membiayai sekolah adik-adik, namun ibu dan ayah
melarangku. Sambil tersenyum ibu berkata “Kuliahlah,
masa depan adik-adikmu ada ditanganmu, kami sudah tua, hanya kamu harapan kami”.
Sungguh pengorbanan yang tiada dapat ku balas, kasih sayang seorang ibu
yang menegarkanku.
Ayah
dan ibu telah mengajarkan kepadaku, bahwa hidup itu secukupnya saja, seadanya,
semampunya. Ngerumangsani itulah
istilah yang menggambarkan kebesaran jiwa yang diajarkan kepadaku. Ayah, Ibu
tak pernah mengajarkan ku untuk berlebih-lebihan. Beliau tidak memberiku bukan
karena tidak mau, tapi memang tidak mampu, tidak mampu bukan berarti tak berkeinginan memberi tapi mengajarkan akan
kesederhanaan.
Kini,
aku tak akan pernah mempersalahkan jika aku tak mampu membeli buku seperti
temanku yang lain, aku tak mempersoalkan jika aku tak memiliki barang-barang
sebagaimana temanku, aku tak akan pernah, aku berjanji.
Maafkan
aku ayah, maafkan aku ibu, aku yang sering melawanmu, aku yang sering acuh, aku
yang sering mengeluh, aku yang belum bisa membahagiakan kalian.
Terima
kasih atas semua pengorbanannya, semoga Allah SWT senantiasa memberikan yang
terbaik bagi mu ayah, ibu. Semoga ayah dan ibu panjang umur, sehat selalu, dan
dimudahkan rejekinya.
Ayah
dan ibu membuatku mengerti akan hidup ini, mengerti akan pilihan, mengerti akan
kesederhanaan. Bahwa kebahagiaan bukan hanya sekedar kekayaan lahiria. Aku
bersyukur dapat berada ditengah-tengah kalian, aku bahagia menjadi bagian hidup
dan kesederhanaan kalian.
1 komentar:
Tulisan ini saya persembahkan di hari ulang tahun ayah ke 51 tahun,
23 Maret 2014
Inilah tanggapan ayah
"Terima Kasih anak-anakku, secuil doa buat ayah dari anak-anak ayah adalah kebahagiaan melimpah yang tak ternilai harganya. Doa ayah juga selalu buat anak-anak ayah. Hati-hati disana"
Posting Komentar