KADO UNTUK IBU
Oleh: Desi Budi
Riyawati
122074011
Sewaktu
aku masih berada di awal semester tiga, ada suatu acara yang menyebabkan aku
harus meminjam tas kecil hitam milik ibukku. Maklum, aku adalah tipe seorang
yang tidak akan memiliki barang jika barang itu belum aku perlukan. Saat itu
aku sangat membutuhkan tas dan dengan terpaksa aku harus meminjam milik beliau.
Disaat
itu ibuku hanya menyunggingkan senyum tanda bahwa dia setuju (sepengertianku). “Kamu
tahu kisah tas ini?” kata-kata ibuku di tengah-tengah pencarianku terhadap tas
itu. Dengan penasaran aku datang sambil menggendong tas miliknya dan
menghampiri ibu tercinta. Beliau pun memulai ceritanya....
“Tas
ini ada disaat kamu baru berusia sembilan tahun. Saat itu adikmu masih berusia
empat tahun. Waktu itu memasuki awal-awal bulan puasa. Sepulang kerja, ayahmu
membawa undangan pertemuan ibu-ibu dharma wanita untuk mengikuti arisan dan
juga pengambilan parsel lebaran untuk tiap tahun. Karena ibu pikir kamu dan
adikmu sudah besar dan sudah lama juga ibu tidak mengikuti pertemuan dharma
wanita, maka dari itu ibu memutuskan untuk menghadiri pertemuan itu. Namun, ibu
juga bingung dengan persyaratan yang diberikan dari kantor ayahmu, bahwa setiap
ibu-ibu dharma wanita harus menggunakan tas berwarna hitam polos. Sedangkan
saat itu ibu tak mempunyai tas layak pakai yang bisa digunakan untuk pergi ke
pertemuan. Dengan hati nelangsa ibu meminta ayahmu untuk membelikan ibu tas
ini. Untungnya ayahmu berbaik hati membelikan ibu tas yang akan kamu pakai itu.
Sampai sekarang pun ibu masih terbiasa memakai tas itu jika ada pertemuan
ibu-ibu dharma wanita. Tapi kamu harus bisa memaklumi tas yang memulai usang
warnanya, jika kamu benar-benar mau memakainya ke acara itu,ucapnya.”
Aku
mulai memahami mengapa ibu sangat menjaga tas hitam kecilnya itu. Tas itu
memiliki sejarah dan tentunya sangat berarti untuk ibu karena merupakan hadiah
pemberian dari ayah. Namun, aku sering kasihan melihat ibu yang setiap kali
pertemuan selalu saja menggunakan tas satu-satunya yang dia miliki. Sangat
berbeda dengan teman-temannya yang sering gonta-ganti tas dengan merk-merk tertentu.
Pernah sekali aku bertanya kepada ibu mengapa tidak membeli tas baru saja yang
bisa digunakan secara bergantian. Tapi ibu malah menjawab jika uang yang digunakan
untuk membeli tas lebih baik dipakai untuk kebutuhan sekolahku dan kebutuhan
sekolah adikku.
Disaat
itu aku mempunyai inisiatif untuk membelikan tas baru untuk ibukku tercinta.
Tas yang bagus dan tentunya layak untuk digunakannya. Beberapa bulan aku
menyisihkan uang saku yang biasanya aku gunakan untuk jajan. Awalnya memang
sulit, namun aku kembali mengingat perjuangan ibu yang tiada habisnya untuk aku
dan adikku. Hingga akhirnya aku dapat membelikan ibu sebuah tas yang layak
dipaki untuknya. Tas itu merupakan barang pertama yang aku berikan untuk ibu.
Disaat aku memberikan barang itu, aku mengatakan jika barang itu adalah barang
yang bisa ibu gunakan untuk menggantikan tas lamanya. Barang yang bisa
dipakainya disaat dia bertemu dengan teman-temannya tanpa harus merasa risih
dengan tas lamanya walau aku yakin ibu tak akan bisa risih dengan tas itu.
Barang itu juga aku gunakan sebagai kado ulang tahun ibuku. Aku pun sangat
berterima kasih terhadap senyum tulus dan senyum bangganya terhadap kami putra-putrimu.
0 komentar:
Posting Komentar