Minggu, 16 Maret 2014

Hanya untukmu



KADO UNTUK IBU
Oleh: Desi Budi Riyawati
122074011

Sewaktu aku masih berada di awal semester tiga, ada suatu acara yang menyebabkan aku harus meminjam tas kecil hitam milik ibukku. Maklum, aku adalah tipe seorang yang tidak akan memiliki barang jika barang itu belum aku perlukan. Saat itu aku sangat membutuhkan tas dan dengan terpaksa aku harus meminjam milik beliau.
Disaat itu ibuku hanya menyunggingkan senyum tanda bahwa dia setuju (sepengertianku). “Kamu tahu kisah tas ini?” kata-kata ibuku di tengah-tengah pencarianku terhadap tas itu. Dengan penasaran aku datang sambil menggendong tas miliknya dan menghampiri ibu tercinta. Beliau pun memulai ceritanya....
“Tas ini ada disaat kamu baru berusia sembilan tahun. Saat itu adikmu masih berusia empat tahun. Waktu itu memasuki awal-awal bulan puasa. Sepulang kerja, ayahmu membawa undangan pertemuan ibu-ibu dharma wanita untuk mengikuti arisan dan juga pengambilan parsel lebaran untuk tiap tahun. Karena ibu pikir kamu dan adikmu sudah besar dan sudah lama juga ibu tidak mengikuti pertemuan dharma wanita, maka dari itu ibu memutuskan untuk menghadiri pertemuan itu. Namun, ibu juga bingung dengan persyaratan yang diberikan dari kantor ayahmu, bahwa setiap ibu-ibu dharma wanita harus menggunakan tas berwarna hitam polos. Sedangkan saat itu ibu tak mempunyai tas layak pakai yang bisa digunakan untuk pergi ke pertemuan. Dengan hati nelangsa ibu meminta ayahmu untuk membelikan ibu tas ini. Untungnya ayahmu berbaik hati membelikan ibu tas yang akan kamu pakai itu. Sampai sekarang pun ibu masih terbiasa memakai tas itu jika ada pertemuan ibu-ibu dharma wanita. Tapi kamu harus bisa memaklumi tas yang memulai usang warnanya, jika kamu benar-benar mau memakainya ke acara itu,ucapnya.”
Aku mulai memahami mengapa ibu sangat menjaga tas hitam kecilnya itu. Tas itu memiliki sejarah dan tentunya sangat berarti untuk ibu karena merupakan hadiah pemberian dari ayah. Namun, aku sering kasihan melihat ibu yang setiap kali pertemuan selalu saja menggunakan tas satu-satunya yang dia miliki. Sangat berbeda dengan teman-temannya yang sering gonta-ganti tas dengan merk-merk tertentu. Pernah sekali aku bertanya kepada ibu mengapa tidak membeli tas baru saja yang bisa digunakan secara bergantian. Tapi ibu malah menjawab jika uang yang digunakan untuk membeli tas lebih baik dipakai untuk kebutuhan sekolahku dan kebutuhan sekolah adikku.
Disaat itu aku mempunyai inisiatif untuk membelikan tas baru untuk ibukku tercinta. Tas yang bagus dan tentunya layak untuk digunakannya. Beberapa bulan aku menyisihkan uang saku yang biasanya aku gunakan untuk jajan. Awalnya memang sulit, namun aku kembali mengingat perjuangan ibu yang tiada habisnya untuk aku dan adikku. Hingga akhirnya aku dapat membelikan ibu sebuah tas yang layak dipaki untuknya. Tas itu merupakan barang pertama yang aku berikan untuk ibu. Disaat aku memberikan barang itu, aku mengatakan jika barang itu adalah barang yang bisa ibu gunakan untuk menggantikan tas lamanya. Barang yang bisa dipakainya disaat dia bertemu dengan teman-temannya tanpa harus merasa risih dengan tas lamanya walau aku yakin ibu tak akan bisa risih dengan tas itu. Barang itu juga aku gunakan sebagai kado ulang tahun ibuku. Aku pun sangat berterima kasih terhadap senyum tulus dan senyum bangganya terhadap kami putra-putrimu.

0 komentar:

Posting Komentar