Ya,
Itu Ibuku !
Ibu, kata yang terasa menyentuh. Kata yang terpendam di
memori tak lapuk ditelan masa. Kasih sayang yang tertumpah pada anak buah
hatinya, tercurah seutuhnya. Lembut belaian, lembut ucapan selalu menyejukkan
rongga yang kering keronta. Ya, itu Ibu yang saat ini memang benar tergambar
jelas di kornea mataku. Tak kan pernah pupus terguyur hujan abu.
Banyak sekali jasa yang tak sampai
kapan pun pernah bisa terbayarkan. Sosok lembut paras yang selalu menanti
kedatanganku pulang. Menanti ku cium punggung tangannya yang harum khas bumbu
dapur racikan masakan yang telah dibuatnya. Kala aku melihat Ibu berpeluh
keringat, entah mengapa itu menambah ayu wajahnya. Peluh itu bak pertanda
kesejatiannya menjadi sosok Ibu seutuhnya.
Sampai saat ini, masih belum banyak
yang telah aku lakukan untuk mengukir rasa bahagia dan bangga untuk Ibu. Kadang
aku senang saat melihat Ibu dengan tawa khasnya yang menyiratkan “ Ibu bahagia
” dan saat itu pun selalu terpikirkan hal apa yang harus aku lakukan agar Ibu bangga
dan bahagia karena aku.
Tapi, sampai suatu hari yang lalu
saat aku telah menyandang sebagai mahasiswa. Aku melihat secercah kebanggan
yang terselip di pelupuk matanya. Ah, betapa bahagianya aku. Meskipun aku tahu,
itu semua tak cukup berarti adanya dibandingkan dengan semua yang telah Ibu
berikan kepadaku.
Dan tak banyak pula keinginan –
keinginannya yang kadang terselipkan diantara perbincangan kami. Hanya saja aku
belum mampu untuk mengabulkannya, tapi aku simpan dalam hatiku hingga sampai
saatnya nanti aku akan mengabulkannya. Andai aku punya kuasa untuk
mengabulkannya saat itu juga, maka tak ayal akan aku lakukan untuk memenuhi
keinginannya. Meskipun aku tahu, Ibu tak akan pernah menuntut apapun kepada
anaknya untuk membalas semua jasanya yang telah ia berikan kepada anak –
anaknya.
Setidaknya aku akan terus berusaha
dengan apa yang aku lakukan saat ini untuk menjadi seorang anak yang diharapkan
oleh orang tuaku, terlebih oleh Ibuku. Ibu sosok yang tak pernah berkeluh
kesah, Ibu yang selalu mengurus keluarga dengan sebaik – baiknya. Ibu yang
begitu apik terhadap anak – anaknya.
Ya, itulah Ibuku. Ibu yang tak pernah bisa aku membalas kasih sayang yang
tercurah untukku.
Ku persembahkan segores pena ini untuk mu, Ibu.
Maulidiyah Rizka Arifiyati
122074201 / PA
2012
0 komentar:
Posting Komentar