Rabu, 12 Maret 2014

Ya, Itu Ibuku !



Ya, Itu Ibuku !
                Ibu, kata yang terasa menyentuh. Kata yang terpendam di memori tak lapuk ditelan masa. Kasih sayang yang tertumpah pada anak buah hatinya, tercurah seutuhnya. Lembut belaian, lembut ucapan selalu menyejukkan rongga yang kering keronta. Ya, itu Ibu yang saat ini memang benar tergambar jelas di kornea mataku. Tak kan pernah pupus terguyur hujan abu.
            Banyak sekali jasa yang tak sampai kapan pun pernah bisa terbayarkan. Sosok lembut paras yang selalu menanti kedatanganku pulang. Menanti ku cium punggung tangannya yang harum khas bumbu dapur racikan masakan yang telah dibuatnya. Kala aku melihat Ibu berpeluh keringat, entah mengapa itu menambah ayu wajahnya. Peluh itu bak pertanda kesejatiannya menjadi sosok Ibu seutuhnya.
            Sampai saat ini, masih belum banyak yang telah aku lakukan untuk mengukir rasa bahagia dan bangga untuk Ibu. Kadang aku senang saat melihat Ibu dengan tawa khasnya yang menyiratkan “ Ibu bahagia ” dan saat itu pun selalu terpikirkan hal apa yang harus aku lakukan agar Ibu bangga dan bahagia karena aku.
            Tapi, sampai suatu hari yang lalu saat aku telah menyandang sebagai mahasiswa. Aku melihat secercah kebanggan yang terselip di pelupuk matanya. Ah, betapa bahagianya aku. Meskipun aku tahu, itu semua tak cukup berarti adanya dibandingkan dengan semua yang telah Ibu berikan kepadaku.
            Dan tak banyak pula keinginan – keinginannya yang kadang terselipkan diantara perbincangan kami. Hanya saja aku belum mampu untuk mengabulkannya, tapi aku simpan dalam hatiku hingga sampai saatnya nanti aku akan mengabulkannya. Andai aku punya kuasa untuk mengabulkannya saat itu juga, maka tak ayal akan aku lakukan untuk memenuhi keinginannya. Meskipun aku tahu, Ibu tak akan pernah menuntut apapun kepada anaknya untuk membalas semua jasanya yang telah ia berikan kepada anak – anaknya.
            Setidaknya aku akan terus berusaha dengan apa yang aku lakukan saat ini untuk menjadi seorang anak yang diharapkan oleh orang tuaku, terlebih oleh Ibuku. Ibu sosok yang tak pernah berkeluh kesah, Ibu yang selalu mengurus keluarga dengan sebaik – baiknya. Ibu yang begitu apik terhadap anak – anaknya. Ya, itulah Ibuku. Ibu yang tak pernah bisa aku membalas kasih sayang yang tercurah untukku.
                                                                                                       

Ku persembahkan segores pena ini untuk mu, Ibu.
Maulidiyah Rizka Arifiyati
122074201 / PA 2012

0 komentar:

Posting Komentar