Rabu, 12 Maret 2014

IBUKU TEMAN DEKATKU



IBUKU TEMAN DEKATKU
          Pada suatu hari yang bernuansa kesejukan, Tuhan menghampiriku dan menawarkan sebuah kehidupan dunia padaku. Aku merasa kebingungan. Aku takut pada saat aku benar-benar sudah di dunia, aku akan merasakan sepi yang tak berhujung  pada hari-hariku. Tapi Tuhan benar-benar memahami perasaanku yang sedang gelisah. Ia berkata padaku “wahai bayi mungil, janganlah kau takut pada dunia yang akan menjadi tempat hidupmu kelak. Karena kamu akan merasa nyaman dengannya. Yakinlah!.” Suara Tuhan sangat meyakinkanku.
Tak kusadari aku mendengar suara lain yang menyapa telingaku. “Gita segara bangun, hari sudah sore.” sapanya. Dengan berat aku berusaha membelalakkan mata yang masih lekat antara satu dengan yang lain. Kemudian Aku duduk di atas kasurku dan merenung. ternyata aku baru menyadari kalau tadi aku sedang bermimpi. Akhirnya aku bangkit dari tempat tidurku dan beranjak ke kamar mandi. Di kamar mandi aku mendengar ibu sedang bernyanyi disela kegiatan memasak yang dilakukannya setiap sore hari. “tumben ibu bernyanyi? Apakan hatinya sedang berbunga-bunga? Tak seperti biasanya ibu begini, membangunkankupun juga dengan sabar.” Pikirku demikian.
“segera beres-beres rumah ya.” Kata ibu. “iya bu” jawabku. Aku segera melakukan apa yang ibu perintahkan padaku. Dengan bergegas membawa sapu aku membersihkan lantai. Ditengah aktifitasku tiba-tiba aku ingat dengan mimpiku tadi sore yang aneh dan mustahil sekali menurutku, bagaimana tidak, aku bermimpi bertemu dengan sosok Tuhan. Begitu aneh bagiku. Lantas aku berfikir bahwa itu hanyalah sebuah mimpi yang wajar dan hanya sebagai bunga tidurku tadi sore. Aku segera menyelesaikan pekerjaanku. Setelah aku menyelesaikan pekerjaanku, aku segera menghampiri ibu yang sedang memasak di dapur. Aku membantu ibu memotong wortel yang berwarna segar keoranyean. Disela pekerjaanku aku memandangi wajah ibu yang sedang menggoreng ikan. Aku menatap wajah ibu yang penuh dengan peluh karena terkena uap dari minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng ikan. Terlintas dibenakku secara tiba-tiba. Apa jadinya aku, jika tak ada ibu dirumah ini ya?. Semuanya sendiri, masak pasti sendiri, mencuci pun juga sendiri. Ya itu pasti menakutkan. Tapi aku tak pernah melihat ibu mengeluh walaupun ia harus memasak setiap hari untukku, membantuku mencuci baju, dan yang lainnya.Ibu tak pernah merasa bosan dengan rutinitasnya yang seperti itu. Apalagi sekarang aku hanya memiliki satu orang tua. Hanya Ibu. Ya hanya Ibu yang masih ada. Ibu yang akan mencarikan nafkah untukku, hanya Ibu yang akan menemaniku sekarang. Menemaniku melalui masa-masa tersulit dalam hidupku. bagaimana aku harus hidup, bersosialisai, menemukan makna kehidupan yang nyata dalam perjalanan hidupku ini. Semua harus kiulalui bersama Ibu.
Ibuku orang yang kuat. Sangat teguh hatinya. Aku jadi berfikir lagi tentang mimpiku tadi sore yang sepintas aneh, tapi sedikit demi sedikit aku mulai menyadari dan paham dengan mimpiku itu. Aku tau maksud Tuhan. Ia memberikan Ibu kepadaku untuk menjadi teman bahkan selama hidupku berlangsung, Ibu yang akan menemani dan membimbingku. aku ingat ketika aku masih kecil ibu selalu menyayangiku tiada batas. Ibu sangat bahagia karena aku telah lahir dimuka bumi ini. Ketika aku menangis, tangan ibu yang mengusap air mataku. Ketika aku lapar, Ibu yang menyuapiku. Ketika aku sedang bergembira, tangan ibu yang menengadah bersyukur kepada Tuhan seraya memelukku dengan erat dan berderaian air mata. Betapa besar kasih sayang ibuku terhadapku. Aku paham sekarang. Tuhan memang sangat mengerti bagaimana menata kehidupan dan menjadikan manusia senantiasa berfikir dalam segala hal. Hidupku adalah hidup Ibuku. Bukan orang lain. Sekarang yang terpenting bagiku adalah melihat ibu selalu tersenyum dan bahagia. Aku pun juga akan merasa sempurna bila senyum kebahagiaan yang terpancar dari bibir ibu adalah karena aku.

KU PERSEMBAHKAN UNTUK IBUKU TERSAYANG
YANG TAK PERNAH BOSAN MENEMANIKU.
GITA WIDYA LARA
(122074035)

0 komentar:

Posting Komentar